Minggu, 13 April 2008
Langganan:
Postingan (Atom)
CITRA : Kain Jumputan untuk Busana Masa Kini |
KAIN tradisional motif ikat-celup (tie dye) yang lebih dikenal dengan jumputan — kini bisa hadir dalam sentuhan busana modern. Motif pun berkembang variatif seiring dengan kreativitas dari perancang motif kain yang makin banyak berinteraksi dengan dunia global. “Jumputan ternyata teknis pembuatan motif kain secara tradisional,” kata Carolina Rika — lulusan Fakultas Seni Rupa Jurusan Kriya Tekstil Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta — yang kini mulai serius menekuni kain tie dye. Rika pekan lalu menggelar beberapa karya tie dye terbarunya dalam acara Gathering Famous Sociaty, di Jimbaran Garden Resto Yogyakarta. |
Totalitas dan kecintaan pada dunia fesyen serta ketajamannya melihat pasar, membuat sosok Era Soekamto sebagai young entrepreneur sekaligus fashion figure yang patut diacungi jempol atas kontribusi yang konsisten dalam berkarya. Asam garam telah dirasakan Era Soekamto dalam berkarya di dunia fesyen. Wanita kelahiran Ampenan Lombok 3 Mei 1976 ini rasanya sangat kompeten untuk membagikan kiat suksesnya berkarya dan berbisnis di dunia fesyen.
Sebuah kekuatan bernama brand DNA Fesyen adalah sebuah legalitas yang melambangkan sebuah kekuatan brand. Sebuah brand memiliki jiwa, atau istilah Era adalah brand DNA. Memiliki pemahaman secara baik dan menyeluruh lantas brand tersebut diperlakukan sebagai makhluk hidup lengkap dengan sifat sosialnya akan memudahkan kita untuk menyampaikan pikiran-pikiran brand tersebut. Hal ini Era wujudkan dalam mengusung, merancang dan membawa brand positioning hasil karyanya dalam konteks dan segmentasi yang berbeda. Urban Crew lebih mengarah ke anak muda dengan konsep rebel, dynamic dan chic. Untuk X-Label diperuntukkan untuk kalangan eksekutif yang klasik dan mapan. Era Soekamtofirst line) lebih mengarah ke wanita dewasa, aktif dan mapan. Untuk garis rancangan, kain daerah seperti batik, tenun dan teknik bordir akan lebih menonjol. Saat ditanya mengenai konsistensi urban crew, Era menuturkan bahwa line ini [Urban Crew] yang konsep rancangan mengutamkaan kesamaan gender atau androgynous - strong girl, metrosexual man - atau dikenal dengan istilah urban sexual sedang dipersiapkan untuk kembali ke pasar dengan konsep yang lebih matang dan mempertimbangkan kondisi ekonomi global saat ini. Lalu bagaimana membangun brand positioning ditengah terpaan krisis global dan kuatnya arus produk import ke Indonesia? Era yang saat ini aktif dalam beragam organisasi seperti IPMI (Ikatan Perancang Mode Indonesia), Jakarta Creative Industry Community dan tergabung dalam Indonesia Young Entrepreneur ini memiliki pandangannya sendiri. Peran perancang mode Indonesia dan designer dari creative industry saat ini justru sangat dibutuhkan sumbangsihnya untuk meningkatkan R & D di industri terkait, mengingat selama ini kita sangat dimanjakan dengan produk ekspor dan segi kreatif. Ekonomi global yang sedang goyah perlu disikapi secara positif oleh seorang desainer untuk lebih memberi peran dan eksistensi yang disampaikan melalui organisasi untuk dapat diakses secara mudah oleh industri. Setiap desainer memiliki strategi pemasaran yang berbeda-beda. Ada yang memulai dengan merambah kancah internasional untuk mendapatkan perhatian dari konsumen global atau designer lebih memilih untuk menguatkan infrastruktur pasar lokal sebelum Go Internasional. Serbuan brand asing yang masuk ke Indonesia dapat dipandang sebagai bahaya atau tantangan bagi para pelaku industri fesyen tanah air. Oleh karena itu diperlukan kerja keras dan proses panjang agar eksistensi kita diakui oleh dunia. "Saya positif bahwa pelaku industri fesyen lokal memiliki potensi untuk memberikan kontribusi dan inspirasi kepada dunia internasional", ungkap Era. Mendidik Konsumen Fesyen Adalah sebuah ketercapaian tersendiri bagi seorang pelaku fesyen apabila hasil karyanya diterima baik oleh para konsumen. Brand awareness adalah langkah awal yang penting artinya menentukan langkah selanjutnya. Sebuah start point yang baik dan mengena akan menentukan hasil akhirnya, sukses atau tidak. Disinilah, kekuatan untuk melihat pasar dan perilaku konsumen. Mendidik konsumen fesyen tanah air susah susah gampang, makanya jangan heran kalau di industri fesyen turut melibatkan serangkaian analisis pasar dan kebiasaan konsumen. Bahkan, ada institusi khusus yang dibuat untuk meracik kebiasaan konsumen dalam satu kurun waktu tertentu. Kecenderungan yang berlaku pada konsumen Indonesia dalam berbusana adalah mereka lebih melihat rasa nyaman dan aman, sehingga cibiran pedas dari banyak orang tidak perlu dirasakan. Namun, beda dengan kalangan muda. Semakin aneh dan terlihat berbeda, justru membuat kalangan muda lebih hepi dengan komentar orang. Jadi, kita harus tahu bagaimana menyampaikan doktrin yang tepat dan tempat yang tepat pula. Shareholder dan board academic dari Indonesia International Fashion Institute (IIFI) ini juga menambahkan bahwa edukasi yang benar tentang fesyen melalui iklan, seminar dan ajang - ajang serupa membawa kecerdasan konsumen dalam menyikapi dunia fesyen. Meski baru sedikit konsumen yang sadar fesyen, Era optimis bahwa yang minoritas atau yang kecil-kecil itu sudah cukup membawa 'angin segar dan pencerahan' bagi industri fesyen di Indonesia. "Anyway, orang tetap butuh berpenampilan baik untuk mendukung kinerjanya, juga sebagai alat yang ciamik untuk memberikan rasa percaya diri yang lebih", tutur Era dengan semangatnya. Let's Go Green Semboyan yang tak asing lagi bagi kita semua. Beragam institusi, yayasan, departemen, asosiasi , kampanye, iklan dan lain sebagainya turut menyerukan aksi untuk menyelamatkan bumi. Isu ini sudah lama bergulir. Konsep Back to Nature, echo fashion, green design dan sejenisnya turut menginspirasi dunia fesyen untuk melepaskan prestisiusnya sebagai label yang glamour, mahal, elegan dan tidak merakyat. Era lebih melihat ini sebagai trend forecaster. Trend dapat dilihat dari kacamata politik, ekonomi, sosial dan isu-isu santer yang beredar di kalangan luas. Bisa jadi go green menjadi trend sesaat setelah itu selesai. Lebih dalam lagi mengenai penggunaan unsur ramah lingkungan juga diperlukan R & D yang menyeluruh. Kontribusi konkrit adalah memanfaatkan serat alami, pewarna alami dan pada kenyataannya itu memerlukan proses yang panjang. Kalo bikin warna hijau sih bisa-bisa saja, tetapi respons masyarakat tidak seheboh itu tuh .. Tentang Era Soekamto dan harapannya untuk fesyen "Mencintai profesi dan apa yang kita lakukan menjadi prioritas utama". Karena dengan mencintai pekerjaan, semua halangan berubah menjadi kesempatan. Dan saya percaya bahwa dengan membangun orang banyak, Tuhan akan memperkaya kita dengan pengalaman dan ilmu yang semakin terasah serta kesempatan yang jauh lebih banyak. Sangat filosofis namun benar adanya. Fesyen adalah milik semua kalangan hanya klasifikasi produknya yang berbeda sesuai dengan klasifikasi marketnya. Pun, menyikapi krisis global, sebaiknya kita cukup bijak menyikapinya. Tak perlu ada lagi perang diskon yang selama ini telah terjadi di pasar. Lebih baik memberikan sebuah value atas sebuah brand. Itu jauh lebih baik. Prediksi fesyen di tahun 2009 Sebagai penutup, Era Soekamto memberikan sedikit bocoran mengenai apa yang trend dan yang tidak di tahun 2009. Fesyen akan bergerak dari maksimalis ke minimalis, klasik dan simple. Namun, kaya dengan ornamen serta lebih body concious. Kain daerah seperti batik dan tenun akan menjadi favorit, bukan karena trend semata, tetapi lebih kepada bentuk perjuangan menunjukan kepada dunia internasional tentang kekayaan yang bangsa Indonesia miliki dan sebagai lambang identitas. Mengenai bagaimana sebaiknya berbusana, Era yang rancangannya terinspirasi oleh Tom Ford, Viviene Westwood, Anna Sui, Alexander Mcqueen, memberikan tips yakni pandai memadu padankan busana, berkreasi supaya baju lama seperti baru lagi dan membeli produk dengan sifat yang klasik. Seandainya, ingin membeli produk yang mahal jangan lupa mempertimbangkan kualitas, awet tahan lama serta value untuk menyuntik rasa percaya diri untuk lebih optimal berkarya. |
Celebrities these days seem to go green by wearing recycled accessories. Celebs such as Keira Knightley and Jessica Biel have been spotted wearing the famous Anya Hindmarch's 'I'm Not A Plastic Bag' canvas tote bag. Interested in following the trend? Here are some cute eco-friendly accessories to try!
Sailcloth Tote Bag
This bag is actually made from recycled sailcloth, pretty isn't it? And thanks to the durable material, this bag is super sturdy and long lasting. Handmade by Red Flag Design in Vancouver, each bag is unique and bears it's own history which can be traced thru the marks on the bag.
Bamboo Boots
These sexy boots are biodegradable. The heels are made of bamboo and regenerative wood. The insole boards use recycled fiber and the outsole is made of rubber latex or compressed fermented oak. These shoes are handcrafted and are designed to be chic, naturally derived, unique, and comfortable.
Too Cute Coin Purse
Reuse those cassette tapes! Marcella Foschi, an Italian designer, has this brilliant idea to transform those old cassette tapes to super cute coin purses.
Aluminum Handbag
This head-turning handbag is made from over 700 aluminum pull-tabs recycled from soda cans in Brazil. Each bag is individually handcrafted using traditional crochet techniques. Escama Studio produces not only handbags, but also clutches, cosmetic bags, shoulder bags, bracelets and belts, all made of recycled aluminum pull-tabs.
A Computer Freak's Jewelleries
Acorn Studios of Alberta, Canada has broken the odds and turned old computer parts to really cute and fun jewelleries. Old keyboard keys, floppy disks, diskettes and circuit boards are transformed into earrings, pendants, pins, photo albums, and even clocks! Embrace your inner geek!
sources:
http://formandfauna.com/
http://www.acornstudios.ca
http://escamastudio.com
http://www.designboom.com/
http://inhabitat.com
Cara termudah untuk ber-fashion secara eco friendly adalah dengan menggunakan eco fashion itu sendiri. Misalnya dengan mendaur ulang pakaian lama menjadi pakaian baru. Menggabungkan dua t-shirt menjadi satu dengan style yang berbeda. Menambah guna produk yang sudah lama dan tidak terpakai. Itu cara yang paling mudah dan paling murah, yaitu dengan menggunakan kreatifitas masing - masing.
Di UK dan US sudah dikenal profesi sebagai T-shirt Architect, di mana mereka bekerja untuk merombak dan merancang ulang t-shirt bekas. Apabila Yufie pernah mengetahui show bernama Diva on a Dime (dulu di JakTV, skrg entah masih ada atau tidak. Mungkin bisa cari di YouTube), Yufie bisa lihat betapa pakaian bekas bisa di daur ulang menjadi begitu bagusnya.
Untuk para desainer lokal, adalah dengan memperhatikan packaging produk. Sebagai salah satu pemilik usaha fashion, saya sendiri mendapatkan kendala dari segi packaging produk pengganti plastik, dan masih mencari solusi terbaiknya.
Selain itu, tentunya Yufie mungkin bisa menggunakan bahan - bahan daur ulang pada koleksi Yufie. Seperti contohnya penggunaan tutup botol, seperti yg ditampilkan di beberapa artikel di bawah ini:
I Am a Plactic Bag!
Green is Glam
Recycled Jewel
a(more) Bottle Cap(s)
Ecoist - The Fashionable and Eco Friendly Bag
Untuk artikel penjelasan tambahan tentang green and eco fashion, bisa di lihat di : Organic dan Eco Fashion
Menurut saya pribadi, sangat mungkin untuk menjadikan eco fashion sebagai suatu tema tertentu dalam sebuah koleksi. Baik dari segi fabric, design, color, maupun secara keseluruhan hingga ke aspek terpenting yaitu fungsinya.
Desainer Indonesia, Ramadani sudah menggunakan batik daur ulang yang di proses secara eco fashion untuk salah satu koleksinya beberapa waktu yang lalu.
Untuk tema, tema global warming sendiri sudah merupakan suatu tema yang sangat kuat dan sangat dikenal luas. Tinggal bagaimana mengintepretasikannya dengan kreativitas dalam bentuk produk fashion yang mampu meningkatkan awareness sekaligus berfungsi sebagai pendukung dari eco fashion itu sendiri.
Beberapa waktu yang lalu, saya sempat ngobrol banyak dengan beberapa desainer luar dan desainer lokal, maupun pengembang - pengembang industri di event Bali Fashion Week VII, dan saya sependapat dengan mereka: kebanyakan desainer dan industri mode sekarang ini terlalu mementingkan desain dan packaging serta menjual mimpi dan ilusi, tanpa memperhatikan fungsionalitasnya. Padahal aspek utama yang harus diusung adalah fungsionalitas itu sendiri, karena implementasi setiap ide baru akan bisa berarti saat itu berfungsi dengan sebagaimana mestinya.
Jadi, jangan lupakan sisi fungsi terutama untuk eco fashion ini, karena yang dibutuhkan adalah tindakan nyata, bukan sekedar idealisme yang di komersialisasi. :) Itu menurut saya pribadi. Yang lain mungkin ada masukan yg lainnya?
de tentang eco-fashion, sad to say, sepertinya susah diterapkan di indonesia dlm waktu dekat, deh. Kecuali ada disainer yg sukses memasyarakatkannya sbgmana Edward Hutabarat me"masyarakatkan kembali" batik. masalahnya, selain rakyat indo belum melek terhadap pentingnya eco-fashion (global warming aja kayanya masih jauh dari pikiran mereka), disainer2 lokal sendiri kan masih lebih banyak terfokus dengan memproduksi busana sesuai order (kayak2 kutur gitu). kalo pun mereka bikin eco-conscious collection, yg mengenakannya ya pelanggan2 loyalnya doang kan (a.k.a socialite yg jumlahnya cuma segelintir aja).
Di Indonesia itu masih berupa wacana, belum betul - betul memasyarakat. Tapi itulah yang jadi tugas dan tanggung jawab yang di emban oleh pelaku dan industry fashion di Indonesia.
Saya pernah menulis mengenai betapa terbukanya peluang bagi kita untuk menggeluti dunia desain secara professional melalui sekolah desain. Bahwa masa depan akan banyak menggantungkan produk barang maupun jasa dengan sentuhan kreatif para desainer adalah nyata.
Lihat saja apa yang kita kenakan saat ini: kaos oblong favorit dengan grafis tulisan atau gambar yang menarik, khas dan limited edition, produk telekomunikasi yang selalu berganti fitur dan desain yang semakin menarik dan fungsional, alas kaki yang ukurannya sama namun dari bentuk dan model yang sedemikian rupa, hingga alat transportasi yang dituntut semakin ciamik dan desain yang futuristik.
Maka skill mendesain sesuatu akan menjadi mahal, begitu diperlukan dan bahkan penting!
Indonesia, saya percaya selalu memiliki talenta dalam dunia desain. Persentuhan hidup dalam berkesenian banyak melekat dalam budaya tradisional anak bangsa.
Ambil contoh dalam pertunjukkan wayang. Ada pengejawantahan desain grafis di sana lewat setiap tampilan wayang yang begitu khas dan artistik. Ada perancang mode (fashion) dalam hasil balutan yang dikenakan pesinden dan terutama sang dalang. Ada seni pencahayaan dalam proses membuat bayangan wayangan sebagai pertunjukan utama. Ada seni pertunjukkan dengan pengaturan tata letak antara penonton, layar, dan para penyaji seperti sang Dalang, pesinden dan para penabuh gending /gamelan.
Maka, sejatinya dalam contoh tersebut, secara tradisional, urat dan darah masyarakat kita telah diwariskan wawasan berkesenian yang patut diperhitungkan. Sudah mengalir apa adanya dan tinggal dikembangkan.
Anda tertarik lebih jauh dalam dunia desain..?
Berikut ini adalah beberapa link menuju situs web yang concern dalam dunia desain. Dipersilahkan…
· Institut Seni Indonesia (Yogyakarta)
· Institut Seni Indonesia (Denpasar)
· Institut Seni Indonesia (Surakarta)
· Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB (Bandung)
· Akademi Seni Rupa dan Desain MSD (Yogyakarta)
· Akademi Desain Visi Yogyakarta
· Sekolah Tinggi Desain Indonesia (Bandung)
· Digital Studio College (Jakarta)
Atau Anda ingin Sekolah Fashion? Silahkan alamat sekolahnya dapat dicek di sini
Ingin mendapat informasi seputar desain dan lowongan kerja dalam industri itu? Coba lihat di sana. Atau perkembangan desain grafis Indonesia..?
Lalu apakah cukup dengan sekolah desain..?
Nah, ini adalah sebuah pertanyaan besar bagi kita semua. Tantang di masa depan, bukan saja dituntut bagaimana skill Anda dalam mempraktekkan keahlian desain. Namun, juga ditentukan dengan:
Maka, silahkan Anda coba..tunggu apa lagi..???
Festival Mode Indonesia 2007
Tahun-tahun belakangan ini perkembangan mode di Indonesia makin pesat. Sebagai media yang selama puluhan tahun secara konsisten selalu menunjang kegiatan di bidang mode, Femina Group menyelenggarakan Festival Mode Indonesia 2007 pada tanggal 7 dan 8 September 2007 di Blitz Megaplex, Grand Indonesia. Majalah Femina dan Gadis, mengawalinya dengan menyelenggarakan Lomba Perancang Mode (LPM) pada tahun 1979, 28 tahun lalu!
Tahun ini, menggandeng Bank NISP dan Nokia, Femina Group menjadikan FMI 2007 sebagai ajang untuk menggelar karya-karya para perancang mode Indonesia, menghadirkan berbagai aktivitas, beberapa diantaranya: seminar mode yang membicarakan tentang kesempatan merintis karier di bidang mode, talk show tentang peluang dan perkembangan bisnis mode, lomba desain baju untuk anak-anak, aktivitas remaja dalam berkreasi dengan mendesain t-shirt- dalam “Pret-A-Por Tee” dan tentu saja final penyelenggaraan LPM. Lomba kali ini menjadi lebih bermakna karena untuk pertama kalinya para perancang muda dengan kriteria khusus akan mendapat penghargaan Pia Alisjahbana Award .
Selain aktivitas-aktivitas tersebut, FMI 2007 juga akan diisi dengan pameran wajah mode Indonesia dari masa ke masa, tren mode, serta kecantikan dan rambut yang membuat seluruh kegiatan ini menjadi lengkap. Menyempurnakan seluruh acara ini 15 desainer ternama akan menggelar rancangan terbaru mereka dalam suatu malam “Parade15 Desainer Indonesia”.
Pergelaran Festival Mode Indonesia ini diharapkan akan menjadi sebuah perhelatan akbar bagi pendukung dan pencinta mode Indonesia, sehingga industri mode negara ini bisa maju dan mendunia.
Pia Alisjahbana Award
Seakan tak tersentuh oleh sang waktu, nama Pia Alisjahbana (salah satu pendiri Femina Group) masih terus berkumandang di dunia seni terutama dunia fashion Indonesia. Beliau dikenal sebagai pribadi yang suka bergaul, ramah, punya banyak minat dan sangat setia memperhatikan bidang pendidikan, termasuk pendidikan bernafas mode. Ibu berzodiak Leo ini selalu jeli untuk bisa melihat potensi yang ada pada seseorang. Dan dengan penuh hasrat menggiring mereka yang berbakat jadi melejit. Itulah jiwa beliau. Pertautan antara dorongan jiwa tersebut diramu dengan tak pernah absennya beliau hadir di event-event fashion, makin memperlebar pengaruh beliau untuk membuat bakat-bakat muda di bidang mode berkembang. Salah satu wujudnya adalah tercetusnya Lomba Perancang Mode (LPM) yang diselengarakan pertama kali tahun 1979 bersama majalah Femina dan Gadis.
Semenjak itu, LPM kerap melahirkan desainer muda potensial setiap tahunnya. Didukung terpampangnya rancangan mereka di majalah-majalah Femina Group, ajang LPM menjadi resep ampuh mengangkat nama baru berbakat ke permukaan. Sukses dengan LPM, seperti tak kenal lelah, Pia Alisjahbana mencetuskan lagi lomba antar siswa sekolah mode bernama Concours Internationale des Jeunes Createurs de Mode tahun 1992 bersama majalah Dewi. Kali ini berafiliasi dengan Air France dengan jenjang lomba bertaraf internasional, yaitu para finalis dilombakan kembali di Paris. Pada ajang ini peserta dari Indonesia telah berhasil menang 4 kali Grand Prix.
Konsistensi beliau tersebut mengilhami para kerabat dekat di sekeliling beliau untuk mengabadikannya. Maka lahirlah Pia Alisjahbana Award untuk memotivasi para generasi muda berbakat agar terus maju dan berkembang. Pia Alisjahbana Award ini akan diberikan kepada desainer mode baru yang konsisten sukses berbisnis sendiri minimal 5 tahun, punya komitmen dan inovatif.
LPM, Kontribusi Nyata Femina Group untuk Industri Mode Indonesia
Bermula dari tahun 1979, ketika untuk pertama kalinya Majalah Femina dan Gadis melahirkan Lomba Perancang Mode (LPM), sebuah ajang kompetisi tahunan- bagi para perancang pemula dari seluruh Indonesia. Sebuah terobosan yang besar- mengingat pada era itu ajang kompetisi desain mode berskala nasional masih jarang dilakukan. Acara ini terbukti melahirkan perancang-perancang kenamaan Indonesia-. Kini setelah 28 tahun berkibar, gaung LPM Femina Group tidak berhenti.
Website LPM : http://www.femina-online.com/lpm/main/default.asp
Nama-nama seperti Samuel Wattimena dan Chossy Latu (1979), Edward- Hutabarat- (1980), Itang Yunasz (1981), Stephanus Hamy (1983), Widhi- Budimulia- (1986), Carmanita (1987), Taruna Kusmayadi (1988), Tuty Cholid- (1989), Musa Widyatmojo (1990), Denny Wirawan (1993), Ferry Soenarto- (1995), hingga perancang- generasi baru yang sedang harum seperti Sally Koewanto- (1995), Priyo Octaviano (1996), Hanna Huang (2003), Billy Tjong (2005) mengawali kariernya dari kompetisi ini.
Belum termasuk para perancang yang berkiprah di industri-industri garmen besar- di tanah air atau pun para alumni yang memilih jalur lain di industri mode Indonesia- seperti misalnya Samuel Mulia (wartawan & pengamat mode), Ari Juwono ( creative- director untuk film dan iklan), Sonny Muchlison (wartawan & pengamat mode) dan masih banyak lagi.
Walau sempat vakum selama 5 tahun, karena terkena imbas krisis moneter- di tahun- 1997, pada tahun 2003 LPM Femina Group dihidupkan kembali dengan- tujuan- yang sama, menelurkan generasi perancang berbakat selanjutnya. Acara- dibuat dua tahun sekali untuk memberikan kesempatan para calon peserta mempersiapkan- karya desainnya dengan lebih cermat dan berkualitas.
Setiap tahunnya peserta lomba ini terus bertambah, membuktikan bahwa profesi- desainer dan pekerjaan lain di industri mode semakin diminati masyarakat,- terutama- dari kalangan muda. Untuk LPM Femina Group 2007 tercatat 363 desainer- muda- dari seluruh penjuru Indonesia yang mengirimkan karyanya ke meja panitia-. Sebuah- angka yang fantastis karena menunjukkan peningkatan sebanyak 45% dibandingkan- jumlah peserta pada LPM Femina Group 2005 lalu.
Pada tahun ini seluruh karya perancang yang masuk dinilai oleh dua kelompok- dewan juri yaitu dewan juri intern yang terdiri dari para fashion editor - Femina- Group dan dewan juri utama yang terdiri dari: Carmanita ( desainer ), Stephanus Hamy ( desainer - ), Ninuk Mardiana Pambudi (wartawan mode), Jerry Auruum - (fotografer)-, dan Elvara Jandini Subijakto ( fashion editor Femina Group).
Telah terpilih 10 finalis, yang akan menampilkan masing-masing enam rancangan- yang menggambarkan sebuah koleksi di Blitz Megaplex Theater, Grand Indonesia-. Pemenang pertama akan memperoleh hadiah utama berupa beasiswa di The Fashion- Institute of Design & Merchandising, Los Angeles.
LPM adalah kontribusi nyata Femina Group dalam mendorong industri mode di tanah- air dengan memberi kesempatan seluas-luasnya bagi para perancang pemula- untuk berkarya, membuktikan kemampuannya sekaligus mempromosikan karya mereka,- khususnya melalui media-media besar dalam Femina Group.
Kita semua telah mengerti dan setuju akan pentingnya eco-fashion dapat terwujud tidak hanya dalam dunia high fashion, tetapi juga dalam kegiatan fashion kita sehari - hari. Jadi, apa yang bisa kita lakukan?
Berikut ini adalah beberapa tips yang bisa kita lakukan untuk menjalankan eco-fashion dalam kehidupan sehari - hari:
BEBASKAN KREATIVITAS ANDA DENGAN DAUR ULANG
Usahakan untuk mendayagunakan setiap produk fashion anda lebih dari satu kali. Misalnya, setelah anda bosan dengan celana jeans anda, mungkin bisa mencoba membuat tas dari celana jeans tersebut?
KOSONGKAN ISI LEMARI PAKAIAN ANDA
Tidak berarti kosongkan semua, hanya keluarkan produk - produk yang tidak pernah atau tidak akan pernah anda gunakan lagi. Berikan pada orang lain agar lebih berguna, atau buat garage sale, maupun bazaar sehingga pakaian - pakaian yang ada bisa lebih berguna sesuai fungsinya, dan mungkin bisa memiliki daya guna lebih dari satu kali.
MENGGUNAKAN PRODUK VINTAGE ATAU SECOND HAND
Tidak ada yang salah dengan membeli ataupun mengenakan produk vintage dan second hand. Selain lebih unik dan tidak pasaran, juga amat sangat membantu dalam pelaksanaan eco-fashion.
SUPPORT DAN GUNAKAN PRODUK RAMAH LINGKUNGAN
Selop kayu, kelom, tas rotan, tas batik daur ulang, kalung dan gelang kerang ataupun batu, dan lainnya merupakan beberapa produk fashion yang bisa menjadi pilihan anda. Selain jauh lebih ramah lingkungan, anda juga membantu produk lokal dan perekonomian negara secara lebih signifikan.
PILIH BRAND YANG MEMILIKI CORPORATE ETHIC RAMAH LINGKUNGAN
Kini sudah banyak brand - brand besar maupun designer brand yang memiliki fokus atau departemen yang mengurus etika perusahaan yang mengusung proses pembuatan dan penyediaan produk - produk ramah lingkungan. Levi's, American Apparel, Next, Stella Mc. Cartney, adalah beberapa contohnya.
UTAMAKAN ETHICAL FASHION
Saat anda membeli produk - produk utamakan memilih untuk membeli dari perusahaan - perusahaan yang mengusung tinggi nilai - nilai ethical fashion. Misalnya : tidak menggunakan bulu binatang, tidak mempekerjakan anak - anak di bawah umur, mendukung fair trade, menghindari percobaan atas binatang, mengutamakan lingkungan dalam proses pembuatan produk dan pembuangan limbah, dan lainnya.
GUNAKAN SEGALA YANG NATURAL
Selain lebih baik dan lebih sehat untuk anda, sebagaimana yang kita tahu, produk - produk yang mengutamakan kealamian biasanya mengutamakan bahan baku yang segar dan berkualitas. Untuk mendapatkan bahan baku berkualitas, pada umumnya perusahaan harus bekerja sama dengan penyedia bahan yang kebanyakan adalah para petani, pemilik kebun, dll. Karenanya, pada umumnya perusahaan - perusahaan ini memiliki fokus akan lingkungan dan ethical fashion yang lebih tinggi.
TIDAK MENGENAKAN BULU BINATANG
Sudah banyak bulu sintetis yang menyerupai bulu binatang asli, jadi tidak penting untuk mengenakan bulu binatang yang sesungguhnya. Binatang juga makhluk hidup yang berperan serta dalam ekosistem dan keseimbangan lingkungan hidup.
Demikian beberapa tips yang mungkin bisa digunakan. Ada masukan lainnya?