Sabtu, 31 Januari 2009

lomba

Kembali ke Tradisi Sederhana dan Elegan

busana-han

Kiri: Pemenang I untuk asesoris busana terbaik kategori Busana Birokrat - busana dinasti Tang. Kanan: Peraih hadiah I untuk kategori Upacara Ritual oleh Wang Shaoqing dengan tema 'Shun' (sekejap). (DAI BING/EPOCH TIMES)
Acara Lomba Disain Busana Han yang pertama kali diselenggarakan oleh NTD TV sukses dipentaskan di Ballroom Prince George di Manhattan, New York, 19 Oktober lalu. Lebih dari 20 orang peragawan peragawati memperagakan keindahan busana Han yang diberi tema Kembalinya Busana Han itu di atas panggung berbentuk huruf U.

Dari ribuan hasil karya yang terdaftar hanya 250 kar-ya yang lolos seleksi, yang merupakan karya para disainer yang berasal dari Amerika Serikat, Kanada, Jerman, Perancis, Australia, Malaysia, Korea, Tiongkok, Hongkong, dan juga Taiwan. Banyak di antara peserta yang datang ke New York, untuk menyaksikan secara langsung dua sesi fashion show tersebut yakni sesi 'busana resmi' dan 'busana sehari-hari'.

Dalam konferensi pers selepas babak final, para dewan juri menyatakan, banyak di antara disainer yang dapat menginterpretasikan tema dan konsep perlombaan ini dengan baik. Pemenang dari kedua kategori baik busana resmi maupun busana sehari-hari, semuanya menampilkan kesan sederhana namun anggun dan elegan, juga mampu mencerminkan ciri khas busana dari jaman dinasti Tang, Song, maupun Ming, serta memancarkan kharisma budaya tradisional Tiongkok, dan sangat aplikatif.

Kalangan busana modis dan para pakar fashion dari New York yang hadir menyaksikan perlombaan akbar ini mengatakan, busana Han yang ditampilkan pada perlombaan ini akan menjadi tren busana modis umat manusia di masa depan, ada semacam efek meluruskan moral dan juga mampu mendorong tradisi turun temurun.
Kebanggaan busana dinasti Tang, Song, Ming

Ketua dewan juri lomba disain busana Han, Pan Hong, mengatakan, seputar tema perlombaan kali ini yakni Kembalinya Busana Han, para peserta mengembangkan segenap kebolehannya masing-masing.

Dari aspek tema, ada yang memiliki konsep unik, ada yang menonjolkan nuansa kecantikan abadi, ada yang menonjolkan relaksasi alami, ada yang menampilan daya tarik kaum bangsawan yang elegan, ada yang mengusung konsep Buddha dan Tao, ada yang menonjolkan keceriaan dan kemakmuran dunia.

Dari segi metode dan gaya rancangan, ada unsur ka-rismatik pria terpelajar, juga kecantikan dan keanggunan wanita.

Ada yang menampilkan deru kebebasan gurun pasir, ada keindahan seperti dewi duduk diatas bunga lotus, ada yang hobi dengan menggunakan teknik menggunting kertas tradisional, ada yang memfokuskan pada selendang pundak dan hiasan permata pada dompet dari Dinasti Ming, ada banyak lagi yang menemukan inspirasi desain mereka dari karya puisi dinasti Tang dan Song, serta lukisan dan ukiran pada dinding gua Dunhuang.

Seorang desainer busana terkemuka dari New York yakni Prince Williams III berkata, "Semua busana ini sangat indah, dengan berbagai macam busana yang ditampilkan, seumur hidup saya berkecimpung di bidang rancang busana, baru kali ini melihat pameran busana Han."

Perancang busana yang besar di Paris ini mengatakan, "busana - busana Tiongkok ini terlihat sangat anggun, sangat indah, sangat ramah, membuat setiap orang yang melihatnya ingin me-ngenakannya."

Fotografer dari Fire Ma-gazine New York yang bernama Shown Punch mengatakan, "Semua busana ini sangat indah anggun, sangat beraneka ragam, dan sarat dengan nuansa - nuansa sejarah." Selain itu ia juga sangat mengagumi penampilan dan karisma serta kemampuan para peragawan/peragawati dalam pameran.
Merasakan makna kebudayaan, menemukan kembali akar bangsa Han

Sumber, makna dan cikal bakal dari budaya busana dinasti Tang, Song dan Ming dalam 5.000 tahun sejarah Tiongkok, diawali dari panutan perilaku dan arah nilai yang murni baik dan murni indah dari para leluhur yang meliputi "Kebaikan, Kesetiaan, Kesopanan, Kebijaksanaan, Kepercayaan".

Ciri khas yang paling utama dari busana Han adalah kerah bersilang kancing ke kanan, lengan baju lebar dan panjang, sabuk kain untuk mengikat sebagai pengganti kancing, mengenakan busana Han ini membuat orang akan merasa indah dan berkepribadian dalam penampilan dan perilaku yang lembut dan rendah hati, dewasa dan bermartabat, serta sopan dan beradab.

Di antara para model yang menampilkan busana - busana Han tersebut, di antaranya terdapat orang Tionghoa dan ada juga orang Barat, dikolaborasikan dengan musik yang melantun lembut dan tenang, mereka melangkah dengan ringan berirama, memperlihatkan keindahan busana Han klasik secara alamiah.

Seorang perancang image terkenal dari Taiwan yang telah hijrah ke AS, Zhu Ruoyu, mengatakan bahwa ia sangat terharu menyaksikan pertunjukan lomba desain busana Han, dan sangat menikmatinya, "Saya melihat bahwa kita sebagai bangsa Tionghoa memiliki kebudayaan sendiri. Para perancang telah menghabiskan begitu banyak pikiran dalam merancang busana yang akan menjadi busana kita sehari - hari di masa yang akan datang, baik dari segi corak warna, bahan kain, maupun teknik pembuatannya sungguh luar biasa. Warna yang lembut serta memanfaatkan 4 unsur utama disain yakni --- momen yang tepat, tempat yang bagus, bahan yang indah, ketrampilan yang lihai, sehingga telah menampilkan kebajikan dari seorang wanita yang lembut, rendah hati, sopan, baik hati dan jujur."
Mempengaruhi disain dan konsep mode busana

Disainer busana dari Berlin bernama Rosemary Fruehauf mengatakan, "Saya sangat menanti-nanti pameran busana Han ini, saya ingin mengetahui para disainer bagaimana melepas kunci utama hitam-putih dari disain masyarakat Barat, namun juga tidak membuat orang merasakan hampa tiada rasa. Selesai menonton baru tahu betul-betul sangat indah, sangat cantik. Kaum pria bisa mengenakannya hingga begitu perkasa. Wanita dapat menjadi begitu anggun dan rendah hati."

Rosemary selanjutnya mengatakan, "pameran busana ini sama sekali beda dengan pameran busana yang kental bau bisnisnya, dia telah membimbing sebuah tren busana yang sama sekali baru, mendatangkan sebuah keindahan budaya busana yang alamiah, serasi dan damai, sehingga kita dapat merasakan ketentraman dan kenyamanan. Pameran busana ini sungguh sangat membesarkan hati orang, dia akan membawakan pengaruh yang positif bagi kalangan modis barat."

Zhu Ruoyu mengatakan, busana Tiongkok akan menjadi tren dikemudian hari. "Tren busana di masa yang akan datang condong ke Tiongkok, karena busana Tiongkok memiliki efek meluruskan kembali moral dan mendorong kebajikan dan nilai-nilai umat manusia. Misalnya sabuk pinggang mewakili keribawaan, kerah lebar ke samping mewakili kehormatan, dasi kupu-kupu mewakili wanita yang lembut cantik dan lain sebagainya."

Prince Williams III mengatakan "Tiongkok mempunyai sebuah kebudayaan yang sangat bagus, oleh karena itu saya kira busana Han akan mendapat sambutan yang baik di masyarakat barat, namun masih memerlukan satu jangka waktu."

Penduduk New York, Jack Lee yang hadir dalam pameran ini menyampaikan, "Saya merasakan era baru telah diam-diam tiba." Dia me-gatakan, pameran busana barat sebagian besar adalah memamerkan keindahan bentuk busana saja, pameran busana Han ini membuat kita mengetahui apa sebenarnya keindahan yang sejati, maka tidak sama perasaannya. "Ia telah meluruskan konsep manusia, meluruskan hati manusia dari aspek busana ini."

Memahami Adi Busana
INILAH.COM, Jakarta - Seringkali kita bicara masalah fesyen, tapi sebenarnya tidak mengerti istilah yang kerap muncul. Nah agar tidak membingungkan, di bawah ini terdapat beberapa istilah mode yang seringkali kita dengar.

Di antara busana, haute couture itu puncak kreasi. Orang Prancis melafalkannya of kutur. Artinya jahitan kelas tinggi (high fashion), kata Tomy Blai. Yus badudu bilang 'adi busana'. Orang Jawa bilangnya busana inggit karena hasil akhir memang unggul.

Jelas saja unggul, fantasi mustahil bisa menjadi nyata dalam karya adi busana. Sepotong gaun dapat tercipta tanpa sambungan sama sekali dibagian sisi, seperti umumnya cara orang membuat pakaian hal ini dimungkinkan karena teknik tinggi.

Bahan dililit langsung hingga mengikuti lekuk badan pakaian. Itu baru satu contoh kehebatannya di luar imjinasi. Dibuat hanya satu. Dan satu-satunya. Hanya untuk pemesan. Dibuat bisa untuk istri presiden, bisa juga yang lainnya. Karena begitu eksklusif bisa jadi petaka kalau ada yang meniru.

Kabarnya setiap gaun adibusana selesai dibuat rumah mode akan memusnahkan polanya. Sebanyak 80% persen pekerjaan dilakukan dengan tangan, bakan sekadar memasang payet atau manik-manik saja.

Menyambung setiap bagian baju sampai membuat lubang kancing menggunakan ketrampilan jari. Teknik menakjubkan ditonjolkan. Biasa dipakai atau tidak itu urusan nanti.

Kata sejarah:

Pionernya Charles Frederick Worth, pria kelahiran Inggris. Tahun 1857 dia buka rumah mode dijalan Paix No 7 di Paris, Prancis. Dia dianggap sukses karena bisa mendikte pelanggan untuk berpakaian sesuai keinginan perancang, bukan diatur pemesan.

Dia membawa tradisi busana kelas tinggi buatan kalangan istana. Orangpun menyebut profesinya couturier (baca kuturiye) perancang adi busana. Charles juga perancang pertama yang menempel merek baju busana ciptaannya.

Banyak perancang kemudian salah sangka. Baju adibusana dikira sebatas gaun malam. Karl Legerfeld untuk Chanel umpamanya membuat setelan jas siang hari yang tersohor itu dengan teknik adibusana.

Banyak perancang menciptakan adi busana dalam bentuk gaun malam karena pada gaun jenis ini, gagasan tidak terjegal batas. Tetapi risikonya muncul salah kaprah, gaun malam biasa yang dibuat dengan teknik busana siap pakai, ikut dipanggil adi busana. Padahal tidak semua gaun malam gemerlap itu adi busana.

Di Indonesia beberapa perancang senang menamai karyanya dengan sebutan couture. Mengaku rancangan itu kelas adi busana. Padahal bentuk di luar standar ide juga mencontek, bahan bukan orisinal tapi dibeli di toko bahan India di daerah Pasar Baru, Jakarta. Malah ada yang mengklaim ciptaannya adi busana karena busana memiliki bahan boneka manekin saat merancang.

Ternyata dia mendraperi, teknik menjuntai bahan biasa. Karya seperti itu masuk dalam adi busana. Hanya saja jenis kutur-kuturan, bukan adi busana sesungguhnya. Perancang tadi lebih pantas disebut perancang busana saja itu jauh lebih baik dari pada dipanggil perancang adi busana gadungan.

Kata ensiklopedia:

Adi busana itu juga pesanan perorangan berkualitas tinggi, bahan mahal, dijahit dengan perhatian luar biasa pada detail dan penyelesaian akhir. Kadang membuatnya menyita puluhan jam. Dikerjakan dengan tangan. Jelas harga jadi mahal. Tapi tampilan dan presisi dengan tetap prioritas pertama.

Adi busana itu harus menyenangkan, gila-gilaan nyaris tidak berdaya pakai.

Pada tahun 2007 di Paris tinggal tujuh nama perancang adi busana dari belasan di tahun-tahun sebelumnya.

Mereka Chanel, Cristian Dior, Cristian Lacroix, Givenchy, Jean Paul Goultier, dan Valentino. Tanpa Yves Saint Laurent, legenda adi busana yang telah mengundurkan diri.

Tidak mudah menjadi perancang adi busana. Harus diakui dan disetujui sindikat perancang adi busana Prancis. Pelanggannya tidak lebih dari 100 busana kaya di dunia. Hal ini diciptakan demi gengsi dan citra Paris sebagai pusat mode.

Pemerintah mendukung dan dana itu dialirkan karena sepotong gaun adi busana mencapai seratus juta rupiah. Nah itulah yang disebut dengan adibusana, terjaga keekslusivitasannya.

Tidak ada komentar: