Sabtu, 31 Januari 2009

Organic dan Eco Fashion

Organic dan Eco Fashion

Pemanasan global sudah menjadi issue yang sangat mengkhawatirkan bagi kita semua.

Seperti yang telah kita ketahui, di Bali sedang diadakan UN Climate Change Conference 2007, sebuah pertemuan untuk membahas mengenai perubahan iklim dunia, termasuk juga kemungkinan alternatif perubahan bagi Kyoto Protocol.

Sepanjang jalan di Bali dapat terlihat pohon - pohon yang diberi spanduk bertuliskan berbagai macam pesan, seperti "Menjaga Pohon Untuk Anak Cucu", dan berbagai lainnya. Hampir sepanjang jalan - jalan utama juga terlihat spanduk - spanduk dipasang di pinggir - pinggir jalan.

Namun bukan tentang pertemuannya yang ingin saya bahas di sini, melainkan tentang apa yang dapat kita lakukan sebagai para pecinta fashion, untuk turut melakukan perubahan pada dunia yang kita diami sekarang ini.

Artikel ini sebetulnya telah saya tulis di blog pribadi saya sejak 15 April 2007, namun isinya masih sangat berkaitan dengan kondisi yang sekarang ada. Beberapa tambahan saya berikan di artikel ini untuk melengkapi. Semoga kita bisa melakukan yang terbaik dengan kapasitas kita masing - masing.

---------------------------------------------------

Kita mungkin telah sering mendengar tentang makanan organik, yaitu makanan yang ditanam secara alami, tanpa penggunaan bahan kimia apapun termasuk pestisida, diolah dan disajikan dengan cara yang sehat dan ramah lingkungan. Namun sebagian besar dari kita mungkin belum pernah mendengar atau tahu tentang Organic Fashion dan Eco - Fashion.

Meskipun mungkin di Asia dan terutamanya Indonesia, belum terlalu terdengar ataupun dikenal, Organic dan Eco - Fashion telah menjadi sesuatu yang sangat besar dan merupakan statement terdepan dari komunitas Fashion di negara - negara maju.

FASHION DAN PENCEMARAN LINGKUNGAN
Tsunami, badai, banjir, dan lainnya hanya merupakan sebagian akibat dari perubahan alam yang tentunya berhubungan erat dengan kontribusi peradaban manusia. Salah satu di antaranya adalah pencemaran lingkungan yang terjadi di seluruh dunia, termasuk pencemaran yang terjadi dari bahan - bahan kimia yang kita gunakan saat memproduksi kebutuhan sehari - hari dan industri kita, yang salah satunya adalah industri fashion.

Tidak dapat dibantah bahwa fungsi dan dampak dari fashion dalam kehidupan masyarakat kini sangatlah besar. Baik secara langsung maupun tidak langsung. Banyak pakaian yang kita kenakan sekarang, terbuat dari bahan sintetis seperti nylon dan polyester. Nylon dan polyester terbuat dari petrokimia yang menyebabkan polusi tingkat tinggi pada lingkungan, serta menyebabkan global warming (meningkatnya panas bumi dan suhu dunia yang menyebabkan mencairnya es di kutub dan menyebabkan ketidak seimbangan alam serta pergeseran benua pada akhirnya).

Keduanya juga merupakan produk yang sulit untuk didaur ulang. Untuk memproduksi nylon, nitro oksida "diproduksi" sebagai bagian dari prosesnya. Nitro Oksida merupakan salah satu gas yang berbahaya dalam efek rumah kaca (greenhouse) yang kekuatannya 310 kali lebih kuat daripada karbon dioksida dan menyebabkan global warming.

Kain katun berwarna putih mungkin terlihat paling natural dan paling ramah lingkungan, namun pada kenyataannya, justru lebih tidak ramah lingkungan dibandingkan dengan kain sintetis kebanyakan. Kapas merupakan salah satu tumbuhan di dunia yang paling tidak ramah lingkungan.

Karena bukan ditujukan untuk makanan pangan, maka kapas secara rutin disemprot dengan campuran pestisida dan bahan kimia lainnya yang jauh lebih berat dan berbahaya daripada yang digunakan untuk tumbuhan pangan. Di negara - negara berkembang, bahkan 50% dari pestisida digunakan untuk menyemprot perkebunan kapas. Hasilnya tentu selain mencemarkan lingkungan, menyebabkan penyakit bagi para pekerja perkebunan, dan memutus rantai makanan secara alami bagi kehidupan hewani.

Bahan - bahan kimia yang digunakan selama proses pembuatan bahan - bahan dan pakaian ini, akan terus ada dan akan terus memberikan dampak pada penggunanya. Karenanya semakin sering kita dengar ada anak - anak dengan kesehatan yang kurang baik, harus menghindari penggunaan produk - produk berbahan dasar kapas, ataupun alergi terhadap kapur barus, dan lainnya.

Dengan banyaknya dampak buruk yang ada, maka sudah sewajarnya bagi industri yang berdampak besar bagi kehidupan manusia itu mulai memikirkan dan mengambil langkah untuk lebih menghijaukan industrinya.

Baik secara bersama - sama, maupun secara perorangan, sudah menjadi kewajiban kita semua untuk memelihara alam dengan lebih baik demi kenyamanan hidup bersama, dan kita bisa memulainya dari fashion, bidang yang kita cintai bersama. Semangat "menghijaukan" itu yang sedang dikumandangkan oleh seluruh komunitas fashion dunia.

Selain ramah lingkungan, produk - produk hijau ini juga mengusung trade fair berupa upah layak bagi pekerja, nilai jual bahan baku yang layak, serta nilai produksi dan nilai jual yang wajar. Berbekal harapan untuk kehidupan bersama yang lebih baik, lingkungan yang lebih nyaman, dunia tanpa kemiskinan, serta trade fair bagi semua negara termasuk negara - negara ketiga, sebagian dari komunitas fashion dunia mulai berusaha mengubah dunia dengan cara yang mereka ketahui, yaitu melalui Organic Fashion dan Eco - Fashion.

ORGANIC DAN ECO - FASHION
Organic Fashion berarti pakaian yang telah di produksi dengan penggunaan bahan kimia seminimal mungkin dengan dampak kerusakan pada lingkungan yang juga sangat minimal. Ini termasuk minimalisasi bahan kimia yang digunakan pada setiap langkah pemrosesan, mulai dari proses penanaman dan pemeliharaan bahan baku (kapas, bamboo, rami, dll), pengupasan, pemintalan, sampai hingga ke finishing menjadi produk jadi berupa pakaian, tas, dan lainnya.

Eco - Fashion ditujukan kepada pakaian dan produk fashion yang telah di produksi menggunakan produk - produk ramah lingkungan dalam prosesnya, termasuk produk dan pakaian organic. Produk Eco - Fashion dapat menggunakan bahan - bahan pakaian lama yang di recycle atau bahkan menggunakan material recycle lainnya yang diproduksi dari botol plastik, kaleng soda, dan lainnya. Eco - Fashion tidak selalu harus dibuat menggunakan serat organic.

Bagaimanapun fashion yang paling ramah lingkungan adalah produk - produk recycle dan pakaian vintage. Karena dengan menggunakan kembali, kita menggali fungsi dan menambahkan nilai secara keseluruhan. Sekarang ini di negara - negara maju, terutamanya Amerika, sudah banyak t-shirt architect ataupun green designer yang menggunakan produk - produk daur ulang dan bahan - bahan second hand untuk menghasilkan karya - karya mereka. Baik karya haute couture maupun ready to wear.

Banyak label fashion dunia yang telah menggunakan kain - kain vintage untuk musim ini, mengubah tekstil - tekstil lama menjadi funky dan orisinil. Hasilnya adalah penampilan yang anda inginkan tanpa menyengsarakan planet ini, style yang baik tanpa kerusakan alam.

Lebih jauh lagi, kini bahkan telah ada banyak show dan trade fair untuk produk - produk Organic dan Eco Fashion, seperti Global ECO Wholesale Trade and Fashion Show yang diadakan Febuari lalu di Las Vegas. Beberapa designer dan brand dunia seperti Giorgio Armandi dan Adidas juga telah menggunakan bahan organic seperti rami dan bambu untuk produk - produk terbaik mereka.

Angelina Jolie, Natalie Portman, dan designer Stella Mc. Cartney, merupakan beberapa Hollywood A-list celebrities yang juga secara konstan menggunakan produk - produk Eco - Fashion dan produk ramah lingkungan lainnya.

Di India, beberapa designer seperti Deepika Govind, Ritu Kumar, Rahul Mishra, dan Samant Chouhan juga secara konstan telah mendukung penggunaan produk - produk Organic dan menjadikan Eco - Fashion sebagai pilihan mereka.

Di Indonesia sendiri, desainer Ramadani A, dari Jogjakarta telah mendukung eco fashion dengan melakukan show dengan menggunakan kain batik daur ulang, hasil dari kain batik lama yang sudah tidak terpakai.

MASA DEPAN
Seperti biasanya, sebuah perubahan tidak pernah mudah untuk dilakukan. Begitu juga perubahan dalam dunia fashion ini. Masih kurang beragamnya jenis organic fashion yang dapat dipilih, membuat sebagian komunitas fashion masih belum yakin untuk beralih ke industry yang lebih hijau ini. Sebagian lagi juga mengkhawatirkan perbedaan cost yang cukup signifikan dalam proses produksi setiap jenis produk akan mengurangi profit yang didapatkan. Di sisi lain, permintaan dari konsumen belumlah tinggi, dikarenakan sebagian besar konsumen masih kurang aware dengan konsep "hijau" ini dan produk yang ditawarkan memang belum seberagam produk lainnya.

Namun dapat kita yakini bahwa, sebagai manusia yang beradab dan bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup lingkungan dan isinya, secara perlahan namun pasti, organic fashion dan eco-fashion akan menjadi pilihan yang tepat.

Di Indonesia sendiri, kita telah mengenal banyak jenis penggunaan bahan - bahan alami untuk produk fashion seperti kulit kerang, tulang, bambu untuk kancing, aksesoris dan lainnya. Kemudian penggunaan daun pisang, rotan, bambu untuk produk tas dan sepatu, namun secara keseluruhan, belum ada sistem dan konsep yang jelas tentang bagaimana membuat dan mengolah keseluruhan proses merupakan proses yang "hijau", keterangan tentang apakah bahan - bahan alami tersebut telah diolah menjadi serat - serat untuk bahan tekstil dan lainnya, dan apakah keseluruhan proses tersebut mengusung sistem fair trade.

Langkah terkecil dan termudah yang dapat kita lakukan justru adalah dengan mendaur ulang pakaian - pakaian dan produk fashion yang sudah tidak terpakai, menjadi produk - produk yang baru. Misalnya mengubah t-shirt2 lama kita menjadi t-shirt baru dengan desain yang unik, seperti yang dilakukan oleh para t-shirt architect di Diva on a Dime. Kini bahkan sudah tersedia banyak buku - buku fashion guide untuk melakukan transformasi pakaian lama menjadi pakaian yang baru dan unik sama sekali guna mendukung eco fashion sekaligus mengedepankan style personal masing - masing.

Bisa juga dengan mencontoh apa yang sudah Ecoist lakukan sebagai bentuk eco fashion sekaligus membantu negara - negara ketiga dan masyarakat tidak mampu dalam memberantas kemiskinan (no poverty! movement).

Pada akhirnya, mungkin seperti yang dikatakan oleh Katharine Hamnett, salah seorang desainer penerima penghargaan British Designer Of The Year, “The fashion industry tends to attract people with serious personality defects. They just want to be rich and famous. But at some point you have to decide: Are you going to mindlessly go the easy way or are you going to go the ethical way?”

Tidak ada komentar: